Lingkungan adalah laboratorium yang besar diam & tidak bicara.


Sewaktu saya masih tinggal dirumah petak atau kontrakan kita memiliki tetangga yang beraneka macam, mulai dari pekerja formal seperti saya hehehe, dari berbagai perusahaan yang ada di sekitar kecamatan cakung ada juga yang pekerja nonformal seperti pedagang baso, kuli bangunan, dan pedagang keliling.
Satu diantara tetangga yang menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi saya yaitu Pedagang mainan keliling. Kebetulan beliau tinggal tepat didepan kontrakan saya.


Setiap hari selalu saya perhatikan keluarga nan bahagia ini dengan kehidupan saya yang serba pas – pasan
beliau sekeluarga hidup dengan serba berkecukupan. Bukan saya iri sama mereka tapi kadang saya berpikir, saya karyawan sebuah perusahaan ternama, jabatan juga lumayan sebagai staff, baju mentereng setiap berangkat kantor, tapi dalam kehidupan sehari – hari jauh dibandingkan dengan “hanya” tukang mainan yang setiap hari keliling dengan gerobak mainan !!!!


Pernah saya berbincang – bincang dengan beliau yang sampai sekarang kami sudah menjadi saudara yang setiap tahun kami mengunjungi beliau untuk silahturohmi.
“ Bapaknya Lis, sudah berapa lama bapak menekuni jualan mainan ini ? kayaknya pasarannya bagus yaa sampai tiap hari belanjaan banyak mulu”. Suatu hari saya membuka percakapan sehabis pulang kantor sambil leleh – leyeh didepan kontrakan.


“ Udah lama mas.. yaa kira – kira 5 tahun ada”. Kata Pak Nana


“Yahh Alhamdulillah ya mas, saya sudah mempunyai pasaran sendiri, meskipun saingan silih berganti anak – anak beli mainannya tetap ke saya soalnya mainan saya yang paling lengkap meskipun harganya agak mahalan sedikit mereka lebih puas”.


“Sebelumnya kerja dimana pak, kok banting setir menjadi pedagang mainan”. Tanyaku penasaran


“ Saya dulu sopir pribadi mas, hampir 10 tahun, sebenarnya gajinya sudah lumayan waktu itu, tapi untuk memenuhi kebutuhan yang semakin hari semakin bertambah, saya ngga sanggup apalagi biaya sekolah anak saya yang sudah besar. Makanya saya putuskan untuk jualan mainan dan ternyata hasilnya jauh lebih besar dibandingkan gaji saya saat saya masih jadi sopir”.


“sampai saat ini saya masih betah menjadi pedagang mainan, selain saya mampu memenuhi kebutuhan sehari – hari, alhamdulillah saya bisa menyesihkan tabungan setiap minggunya”.


Sebagai gambaran, kebetulan sebulan sekali istri saya belanja di perumahan dekat kontrakan kami tinggal, Istri Pak Nana pedagang mainan depan kontrakanku selalu titip uang untuk ditabung.


“Mba Nana mau kemana ? “. Tanya mama Lis saat istriku mau ke perumahan samping kontrakan.
“Mau ke Perumahan Mba, mo belanja beras kebetulan di perumahan lebih murah”. Kata istriku


“ Saya mo titip tabungan sekalian yaa?’. Katanya


Kebetulan kami sudah sangat akrab seperti saudara sendiri, inilah kelebihan hidup dikontrakan karena jarak antar kontrakan hanya sejengkal jadi kami hanya ketemu kamar dengan kamar sehingga kehidupan kami sangat dekat setiap saat hehehehe


“Boleh”. Kata istriku


Sambil membawa tabungan yang didalamnya disisipin uang istriku langsung pergi menuju perumahan sebelah kontrakan saya.sebelum memberikan ke kasir, istri saya sempat menghitung dulu uang yang diselipkan diantara rekening BRI dan sunggung tercengangnya istri saya waktu itu. Ternyata saldonya hampir 20 Juta. Uang sebesar itu sangatlah banyak dan mungkin masih dalam mimpi bagi istriku untuk mendapatkannya waktu itu.


Pedagang mainan setiap bulan bisa menabung sampai 1 Juta !!!! bagaimana kita sebagai karyawan bergengsi sebuah perusahaan ternama, boro – boro untuk menabung 1 juta, bisa mencukupi kebutuhan sampai gajian berikutnya saja sudah alhamdulillah hehehehe.....


Saat waktu senggang saya mulai belajar membuat mainan dari balon, siapa tahu suatu saat nanti berguna pikirku. Beliau saja yang jualan mainan tidak malu dan berpenghasilan lebih baik dari aku mengapa tidak kita coba pikirku.\


“ Dulunya saya sangat malu mas jualan mainan ini, apalagi saya sebenarnya lulusan SLTA sedangkan abang – abang mainan yang lain rata – rata hanya lulusan SD. Gimana lagi daripada anak istri ngga makan saya terpaksa banting setir jualan mainan, lama – lama menjadi ketagihan hehehehe”. Kata Pak Nana kepadaku


“Alhamdulillah ya pak, meskipun jualan minan tapi bapak sudah bisa menabung lumayan setiap bulannya, gimana bapak bisa menyisihkan uang sebanyak itu pak ?”. Tanyaku penasaran.


“Saya selalu memasukan uang recehan yang saya terima setiap hari kedalam bambu mas, yang saya pakai yang ribuan saja. Ternyata setelah sebulan uang recehannya banyak sekali. Itulah yang saya tabungin”. Jawabnya


Recehan saja bisa menjadi jutaan yaa kalo dikumpulin, pikirku......inilah pelajaran yang sangat berharga yang akhirnya merubah pola pikirku yang tadinya ingin menjadi seorang priyayi berkarier menjadi seorang pebisnis dikemudian harinya.


Yaa tetangga, tetangga adalah laboratorium yang sangat besar yang bisa kita jadikan cermin untuk belajar. Apapun ada disana kita bisa belajar, berbagai macam corak pemikiran tingkah laku pekerjaan dan sebagainya bisa kita pelajari dari kehidupan tentangga kita. Kalo kita berpikir positif kita bisa belajar dari orang – orang yang berhasil, tapi kalo kita berpikir negatif kita bisa belajar dari tetangga kita yang kurang berhasil dan sampai sekarangpun saat kita berkunjung kesana masih kita jumpai tetangga kita dulu yang berprofesi persis saat saya masih tinggal disana 10 tahun yang lalu dengan kehidupan yang persis seperti dulu karena mereka tidak mau merubah.


Mengapa pak Nana yang tadinya sebagai sopir pribadi sekarang menjadi pedagang maian dan sudah tergolong sukses karena selain bisa menabung lumayan banyak waktu itu, beliau juga sudah bisa menyisihkan uangnya sebesar 22 Juta untuk ditanamkan ditempat kakaknya sebagai juragan angkot dengan bagi hasil sebesar 3 persen setiap bulan.


Bayangkan betapa besarnya penghasilan seorang pedagang mainan yang bisa menyisihkan uang yang lumayan besar dan bisa menanam saham untuk tabungan kelak dikemudian hari. Mungkin sebagian orang akan berpikiran gengsi bahkan malu, mungkin saya juga akan berpikiran seperti itu, masak saya harus keliling menjajakan maian banting setir !!!!


Yaah itulah banyak dari kita yang sampai saat ini belum berubah nasibnya karena masih terganjal rasa malu, belum terpaksa dan yang pasti kurang belajar dari orang yang sukses.
Pak Nana telah membuktikan kepada kita, asal kita mau berusaha meskipun mungkin menurut orang pekerjaannya rendahan tapi kalo kita seriusin akan menjadi ladang penghasilan yang besar.


Pernah saya tanya berapa penghasilan setiap harinya, beliau menjawab kalo lagi ramai bisa 400 ribu, kalo lagi sepi bisa 200 ribu, pernah juga hanya dapat 100 ribu.
Coba kita hitung dengan rata – rata penghasilannya 200 ribu per hari, modal mainan ternyata jauh sekali dari harga jual, keuntungan bisa sampai 500 persen !!!!! berarti perhitungan kasar setiap bulan bisa diatas 5 juta waktu itu, tahun 2000 dengan penghasilan 5 juta setiap bulan setara dengan penghasilan manager.


Sementara saya masih menekuni profesi sebagai karyawan bergengsi saya terus mencari jalan untuk merubah mental menjadi pebisnis.


Ada dua hal yang sangat kontras yang kami alami waktu itu, saat dikantor kami akan selalu berpikir bagaimana pengembangan karier, selalu pekerjaan karier yang selalu saya diskusikan dengan temen – temen dikantor, sedangkan saat dirumah saya selalu mendapatkan pelajaran baru dan berhaga sebagai begawan bisnis mas Nana setiap harinya ada selalu cerita menarik dan sangat melekat dipikiranku yang sangat memotifasi saya untuk segera beralih profesi.


Ada satu lagi temanku yang berhasil setelah banting stir menjadi pedagang, beliau sangat dekat sekali denganku bahkan saat terakhir ketemu 3 tahun yang lalu saya masih inget, dia tetanggaan kontrakan denganku.


“Mas Heru, cita – cita pingin jadi apa” Waktu itu mas Parno tetangga kontrakan buka obrolan saat sama – sama pulang kantor, Mas Parno adalah tetangga kontrakan dan beliau karyawan teknisi di sebuah perusahaan terkenal di Jakarta timur.


“ Saya pingin kuliah lagi mas”. Jawabku


Jaman sekarang kita harus kuliah tinggi kalo ingin berpenghasilan tinggi, kalo Cuma lulusan SMA atau D3 kayaknya akan susah untuk mengejar karier pikirku.


“ Kalo sampeyan gimana?”. Ganti saya tanya ke mas Parno
“ Saya sih pingin mas kuliah, duitnya dari mana ?”. jawabnya
“ Bisa lulus STM saja, saya sudah sangat bersyukur, bapak saya hanya sebagai tukang becak, bisa mampu menyekolahkan anaknya sampai STM sudah prestasi yang bagus mas”. Ia melanjutkan pembicaraan


Tidak sampai sebulan saya tinggal dikontrakan itu dan pindah masuk ke perumahan. Lama saya tidak mendengar kabar tentang mas Parno hampir 3 tahun.
Suatu saat seperti biasaya sehabis gajian saya mengantar istri untuk berbelanja bulanan ke perumahan dekat kontrakanku


“ Mamanya Naufal, kalo mo belanja bulanan ada tempat yang sangat murah”. Kata Mama Lis tetangga kontrakan yang juga Istrinya Pak Nana penjual mainan.
“ Dimana Bulik?”. Tanya Istriku


“ Itu didekat perumahan ada gang kecil samping tempat pencucian mobil”. Katanya
Akhirnya saya berangkat kesana sambil mengingat – ingat tempat tersebut.
Yaa 3 tahun yang lalu kayaknya saya pernah tinggal disitu dan kenal dengan mas Parno tetangga kontrakan, dimananya ?? pikirku penasaran


Sesampainya ditempat itu, sungguh saya sangat kaget, ternyata tempat yang dimaksud oleh mama lis adalah tempat mas Parno kawan saya yang lama dulu. Tempat kontrakan saya pas disampingnya.
Kontrakan mas parno yang dulu dipakai berempat sekarang telah disulap sebagai tempat jualan sembako, pembeli banyak sekali mereka harus antri satu – persatu untuk dilayani meskipun tempatnya sempit tapi pembelinya lumayan banyak, mereka yang beli kesitu bukan saja untuk dipakai sendiri banyak sekali pemilik – pemilik warung yang belanja kesitu.


Sungguh luar biasa, seperti mimpi saya, dulu saat perpisahan 3 tahun yang lalu mas Parno belum memiliki bisnis apa – apa, sekarang beliau sudah merombak kontrakan menjadi tempat usaha dan yang lebih dasyatnya kontrakan tersebut telah dibeli !!!


Kami saling bersalaman dan tidak menyangka sama sekali, mas parno yang dulunya sebagai teknisi sekarang banting stir menjadi pedagang sembako yang sangat sukses bahkan telah memiliki pelanggan yang cukup banyak. Sampai tetangga kontarakan mama lis yang jaraknya hampir satu kilometer bisa mengetahui tempatnya.


“Gimana ceritanya mas, kok sekarang bisa sukses begini ?”. Tanyaku saat kami mulai berbincang – bincang
“ Setelah mas heru pindah, saya coba mulai bisnis sambilan mas, waktu itu saya coba bawa sampel beras beberapa plastik ke kantor, beras tersebut sudah saya tapih ( bersihkan ) dan saya coba pasarkan ke temen - temen. Alhamdulillah ada yang pesan 20 Kg dan saya harus mengantarkan ke tambun.”.


Meskipun untungnya Cuma 2000 perak beliau dengan semangat mengantarkan pesanan pertamanya itu. Menggunakan sepeda !!!! yaa beliau mengantarkan pesanan menggunakan sepeda ontel, kendaraan satu – satunya yang dimiliki saat itu.


“ Untung 2000 perak yang seribu untuk beli minum, yang seribu untuk beli kue” Kenangnya
Beliau menjalani terus profesi sambilan itu, satu persatu teman kantornya mulai menjadi pelanggannya, bahkan setiap sore sepulang kerja dia memasarkan ke perumahan sambil membawa sampel beras yang sudah ditapih.


Beras...... awal dia mulai bisnis, dengan diawalin 20 kg, terus merambat sampai saat saya pertama bertemu setelah 3 tahun, kebutuhan beras setiap harinya 2 ton !!!!


Selain beras, juga menjual bahan sembako yang lainnya seperti gula, minyak sabun, rokok dll.
Mengapa beliau bisa begitu sukses dan terkenal, ada satu pesan yang sampai saat ini menjadi motifasi saya, murah tidak harus kita beli yang jauh, cukup radius 1 – 2 km, kalo kita bisa menjual lebih murah dan pelayanan yang bagus nanti pembeli akan datang dengan sendirinya.


Betul juga, pikirku, termasuk saya yang tadinya tidak tahu, diberitahu tetangga, mereka akan menjadi marketing kita, karena pelayann yang bagus !!!!!! mereka puas dan akan memberitahu kesemua orang tanpa kita minta.


Terakhir saya ketemu Mas Parno beliau sudah memiliki ruko baru dan mobil baru untuk mendukung penjualannya dan sudah memperkerjakan beberapa karyawan untuk melayanin pelanggan yang sebagian besar adalah pedagang kecil atau warung.


Dari cerita diatas bisa kita ambil kesimpulan bahwa banyak yang kita akan alami dalam hidup bertetangga dan apa yang kita saksikan setiap hari adalah laboraturium yang sangat besar yang bisa memberitahu kita apa saja. Bagaimana kesudahan orang yang mau bantirng setir, bagaiman kesudahan orang yang berani memulai bisnis dan bermacam -macam contoh yang bisa kita ambil pelajaran nantinya kita mau seperti apa, seperti dikantor kita sudah bisa membayangkan nantinya kalo sudah pensiun dengan melihat teman kantor kita yang sudah pensiun. Atau kita melihat tetangga kita yang masih sampai saat ini belum berubah dan masih tetap mempertahankan profesinya dengan kehidupan seperti 10 tahun yang lalu, mengapa mereka tidak mau berubah dan mengapa mereka bisa berubah dratis, bukankah Allah SWT akan merubah nasib suatu kaum kalo kaum itu mau merubahnya.


Jangan sampai kita berpikir bahwa inilah nasibku, inilah takdirku seperti ini, karena kita belum tahu apakah seperti inikah takdirku, kita harus terus mencari dan mencoba dengan belajar dengan lungkungan dan melihat orang yang berhasil dan yang kurang berhasil.


Semoga bermanfaat......................


dikutip :  http://www.herupurnomo.blogspot.com/

0 comments: