"Senyum Beku" (Cerpen #2)

Cerpen Surat Terakhir dari Kekasih

"Senyum Beku"
(oleh: Azizi Tirta)

***
Tanah kuburan itu masih hangat, sesosok pria duduk terpekur di sebelahnya.

"maafkan aku put.." hanya itu yang terucap dari mulutku. Selebihnya aku tak mampu berkata apa-apa. Ditanganku masih tergenggam surat yang dikirimkan untukku

Dear andre,
Bagaimana kabarmu ndre?
Kapan kita bisa menikmati keindahan ranu kumbolo lagi?
Masihkah kau sibuk dengan pengejaran mimpi-mimpimu?
Mungkin ketika kau membaca suratku ini, itu berarti bahwa aku sudah pergi mendahuluimu.
Disaat terakhir sebelum aku pergi, keinginanku untuk bertemu denganmu begitu kuat, sekuat perjuanganmu dulu ketika berusaha mendekati aku. Tapi aku tidak punya cukup keberanian untuk melihatmu terluka melihat kondisiku.
Aku tahu sampai saat ini kau tidak bisa melupakan keberadaanku, tapi takdir waktu berkata lain. Penyakit ini sudah bertahun-tahun menggerogoti setiap bagian tubuhku. Dan aku tidak akan rela melihat kau bersedih, karena tahu kondisiku. Karenna itu aku memutuskan untuk pergi dan menjauh darimu. Karena bagiku kau berhak memperoleh yang lebih dari diriku.
Aku bahagia bisa mengenalmu, aku bahagia pernah merasakan perhatian dan kasih sayangmu, meski aku pura-pura menolak semua itu.
Aku bahagia dipertemukan dengan dirimu. Aku bahagia. Kau lelaki terhebat yang pernah kutemui dalam hidupku ndre, kau dan semua perjuanganmu untuk meraih mimpi-mimpimu membuatku bersemangat dalam menghadapi hidup yang sesaat ini.
Aku banyak belajar darimu tentang senyuman, ketabahan dan pengorbanan untuk orang lain.
Kutitipkan mimpi-mimpiku kepadamu.
Kalaupun di dunia kita tidak bisa bersama, ku berharap di surga kelak kita bisa berdua selamanya.

Putri

***
Matahari makin tenggelam di ufuk barat, sorepun beranjak petang. Dan dengan langkah gontai aku pergi dari tanah pemakaman itu. Mengenggam erat sebuah luka hati.

Pagi itu..
Kau dan aku duduk terdiam mematung diri..
Menikmati keindahan ranu kumbolo yang begitu damai..
Menyaksikan dedaunan yang memutih tertimpa kabut dan sinar mentari..
Melihat hamparan edelwiss yang bermekaran di pagi hari..
Mengagumi pahatan Tuhan di antara perbukitan yang menjulang tinggi..
Tubuh kita menyatu dalam sebuah kehangatan dan emosi..
Berbagi rasa dan kebahagiaan hati..
Melebur dalam batas nurani..
Tanpa peduli esok hari..
Hari ini..
Aku kembali kesini..
Mengenang semua yang pernah terjadi..
Dalam sepi dan sendiri..
Dibalut kenangan dan luka hati..
Karena kini kau telah pergi..
Menghadap sang Ilahi..

Antara ada dan tiada..........
(Sumedang, 17 Maret 2011; 23:45)

Walaupun cerita pendek yang simple tapi ngena banget dihati, sedih dan terharu juga pas bacanya. Terkadang hal kaya gini sering terjadi, seseorang yg punya suatu penyakit seringnya menghindar dan menjauh, tapi bukan karna gak sayang, karna gak ingin melihat orang yg menyayanginya bersedih.

dikutip : ariepinoci.blogspot.com

0 comments: