''Bob menyebutkan sistem pendidikan yang ada sekarang ini banyak menghasilkan orang-orang yang arogan yang merasa pintar, namun tidak punya keterampilan dan kompetensi melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan untuk membuat Indonesia maju dan sejahtera.''
JAKARTA, RABU-
Pendidikan vokasional atau kejuruan kepada generasi muda harus
diprioritaskan demi perbaikan kualitas sumber daya manusia Indonesia
yang mampu mengoptimalkan kekayaan alam negara ini untuk kemakmuran
masyarakat.
Untuk
itu, pendidikan yang berlangsung di sekolah-sekolah mesti berubah dari
yang selama ini cuma bertujuan membuat peserta didik tahu juga
mengajarkan kompetensi yang memang dibutuhkan dalam kehidupan di
masyarakat dan dunia kerja.
"Pendidikan di
sekolah itu bukan segala-galanya sebagai faktor sukses dalam kehidupan.
Perlu dipahami juga bahwa pendidikan itu jangan dimaknai secara sempit
dengan belajar di sekolah saja. Ini bukan berarti kita antisekolah.
Tetapi yang harus dipikirkan bersama adalah sekolah seperti apa dan
bagaimana yang mampu menghasilkan orang-orang yang tahu dan bisa
sehingga sistem pendidikan kita justru tidak semakin menambah jumlah
pengangguran terdidik," kata pengusaha Bob Sadino di Jakarta, Rabu
(27/8).
Menurut
Bob yang menaruh perhatian pada pengembangan pendidikan kejuruan,
spirit pendidikan yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan itu
sudah tercermin dalam sekolah menengah kejuruan atau SMK. Pengembangan
SMK tidak semata-mata berhenti menghasilkan tenaga kerja siap terampil
yang memang dibutuhkan negara ini.
Dengan
bekal keterampilan yang didapat dari pengalaman-pengalaman bersentuhan
dengan kehidupan di luar dinding kelas kepada peserta didik, mereka
nantinya harus mampu menjadi wirausahawan dan profesional yang dapat
diandalkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Bob
menyebutkan sistem pendidikan yang ada sekarang ini banyak menghasilkan
orang-orang yang arogan yang merasa pintar, namun tidak punya
keterampilan dan kompetensi melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan
untuk membuat Indonesia maju dan sejahtera.
"Coba
lihat, berapa banyak ahli dan sarjana pertanian di negara agraris ini
yang justru jadi pengangguran. Ini karena mereka tidak bisa bagaimana
mengerjakan pertanian itu karena sudah merasa cukup puas dengan
teori-teori saja," kata Bob yang mendukung pengembangan kualitas
pendidikan kejuruan lewat Forum Peduli Pendidikan Pelatihan Menengah
Kejuruan Indonesia (FP3KI).
Seperti
terungkap dalam Laporan Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia
2008 Organisasi Buruh Internasional (ILO), sebanyak 4.516.100 dari
9.427.600 orang yang masuk kategori pengangguran terbuka Februari 2008
adalah lulusan SMA, SMK, program diploma, dan universitas.
Sementara
itu, pengembangan SMK yang dilakukan Deparetemen Pendidikan Nasional
terus ditingkatkan menjadi SMK bertaraf internasional. Untuk itu,
investasi yang dikeluarkan jauh lebih besar, apalagi untuk sekolah
kejuruan yang membutuhkan banyak praktik.
0 comments:
Post a Comment